Inilah Alasan Rosulullah Melarang Ummatnya Minum Sambil berdiri
Dalam hadist disebutkan “janganlah kamu minum sambil berdiri”. Dari segi kesehatan. Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.
Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Jika kita minum sambil berdiri. Air yang kita minum otomatis masuk tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika menuju kandung kemih itu terjadi pengendapan di saluran speanjang perjalanan (ureter). Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter inilah awal mula munculnya bencana.
Betul, penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang sungguh berbahaya. diduga diakibatkan karena Susah kencing, jelas hal ini berhubungan dengan saluran yang sedikit demi sedikit tersumbat tadi.
Dari Anas r.a. dari Nabi saw.: “Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri”. Qatadah berkata, “Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa hal itu lebih buruk.”
Pada saat duduk, apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lambat. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan.
Adapun rasulullah saw pernah sekali minum sambil berdiri, maka itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, bukan merupakan kebiasaan. Ingat azas darurat!
Manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum.
Ketenangan ini hanya bisa dihasilkan pada saat duduk, di mana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.
Makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (vagal inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.
Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus-menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.
Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokkan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.
Diriwayatkan ketika Rasulullah s.a.w. dirumah Aisyah r.a. sedang makan daging yang dikeringkan diatas talam sambil duduk bertekuk lutut, tiba-tiba masuk seorang perempuan yang keji mulut melihat Rasulullah s.a.w. duduk sedemikian itu lalu berkata: “Lihatlah orang itu duduk seperti budak.” Maka dijawab oleh Rasulullah s.a.w.: “Saya seorang hamba, maka duduk seperti duduk budak dan makan seperti makan budak.” Lalu Rasulullah s.a.w. mempersilakan wanita itu untuk makan. Adapun duduk bertelekan (bersandar kepada sesuatu) telah dilarang oleh Rasulullah sebagaimana sabdanya, “Sesungguhnya Aku tidak makan secara bertelekan” (HR Bukhar).
(1) larangan membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain tanpa alasan yang hak
(2) kewajiban meninggalkan tradisi jahiliyah : pembunuhan , riba
(3) mewaspadai gangguan syaitan dan kewajiban menjaga agama
(4) larangan mengharamkan yang dihalalkan dan sebaliknya
Sesungguhnya zaman akan terus berputar, seperti keadaan berputarnya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut : Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah bulan antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya'ban.
Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isteri kamu dan isteri kamu mempunyai kewajiban terhadap diri kamu. Kewajiban mereka terhadap kamu adalah mereka tidak boleh memberi izin masuk orang yang tidak kamu suka ke dalam rumah kamu. Jika mereka melakukan hal demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan kewajiban kamu terhadap mereka adalah memberi nafkah, dan pakaian yang baik kepada mereka.
(6) Kewajiban berpegang teguh pada Al Qur'an dan as Sunnah
(7) kewajiban taat kepada pemimpin siapapun dia selama masih berpegang teguh pada al Qur'an
(9) Umat Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain
(10) kewajiban menyampaikan khutbah Rosulullah saw kepada yang lain
(HR.
Ahmad dalam Al-Musnad, 6/16-18, Muslim dan An-Nasa'i dari hadits
Hammad bin Salamah. Dan An-Nasa'i serta Hammad bin Zaid menambahkan,
yang keduanya dari Tsabit. Dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari jalan
Abdurrazak dari Ma'mar dari Tsabit dengan sanad darinya. Ibnu Ishaq
memasukkannya dalam Sirah dan disebutkan bahwa nama pemuda itu
Oleh :
Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul
Mengenai keutamaan shalat Dhuha, telah diriwayatkan beberapa hadits yang diantaranya dapat saya sebutkan sebagai berikut
Berkata langit, "Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu kerana matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, 'arasy, kursi dan syurga ada padaku."
Berkata bumi, "Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik)."
Bumi berkata lagi, "Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari'atnya juga di tempatku."
Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah S.W.T dengan berkata, "Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau dinaikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga."
Lalu Allah S.W.T mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah S.W.T memberi wahyu kepada Jibrail A.S pada malam tanggal 27 Rejab, "Janganlah engkau (Jibrail) bertasbih pada malam ini dan engkau 'Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini."
Jibrail A.S. bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?"
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, "Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu."
Kemudian Jibrail A.S. pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di taman Syurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail A.S. terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibrail A.S. menghampiri buraq itu lalu bertanya, "Mengapa engkau menangis, ya buraq?"
Berkata buraq, "Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mahu makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan."
Berkata Jibrail A.S., "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu."
Kemudian Jibrail A.S. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Wallahu'alam.
Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah S.A.W dalam perjalanan Israk dan Mikraj.
Dalam hadist disebutkan “janganlah kamu minum sambil berdiri”. Dari segi kesehatan. Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.
Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Jika kita minum sambil berdiri. Air yang kita minum otomatis masuk tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika menuju kandung kemih itu terjadi pengendapan di saluran speanjang perjalanan (ureter). Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter inilah awal mula munculnya bencana.
Betul, penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang sungguh berbahaya. diduga diakibatkan karena Susah kencing, jelas hal ini berhubungan dengan saluran yang sedikit demi sedikit tersumbat tadi.
Dari Anas r.a. dari Nabi saw.: “Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri”. Qatadah berkata, “Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa hal itu lebih buruk.”
Pada saat duduk, apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lambat. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan.
Adapun rasulullah saw pernah sekali minum sambil berdiri, maka itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, bukan merupakan kebiasaan. Ingat azas darurat!
Manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum.
Ketenangan ini hanya bisa dihasilkan pada saat duduk, di mana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.
Makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (vagal inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.
Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus-menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.
Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokkan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.
Diriwayatkan ketika Rasulullah s.a.w. dirumah Aisyah r.a. sedang makan daging yang dikeringkan diatas talam sambil duduk bertekuk lutut, tiba-tiba masuk seorang perempuan yang keji mulut melihat Rasulullah s.a.w. duduk sedemikian itu lalu berkata: “Lihatlah orang itu duduk seperti budak.” Maka dijawab oleh Rasulullah s.a.w.: “Saya seorang hamba, maka duduk seperti duduk budak dan makan seperti makan budak.” Lalu Rasulullah s.a.w. mempersilakan wanita itu untuk makan. Adapun duduk bertelekan (bersandar kepada sesuatu) telah dilarang oleh Rasulullah sebagaimana sabdanya, “Sesungguhnya Aku tidak makan secara bertelekan” (HR Bukhar).
Jenis-Jenis rumah Yang Tidak Dimasuki Malaikat
Berikut dibawah ini penjelasanya :
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةُ تَمَاثِيلَ
"Malaikat Tidak masuk rumah yang terdapat anjing dan gambar makhluq bernyawa di dalamnya".
(Muttafaq 'Alaih dari hadits Abu Tholhah, lafadz milik Bukhori)
Abdullah bin Abbas رضي الله عنه berkata:
يُرِيدُ التَّمَاثِيلَ الَّتِي فِيهَا الْأَرْوَاحُ
"Yang dimaksud adalah patung/ gambar bernyawa"
( AlBukhari)
Syaikh Utsaimin رحمه الله berkata:
"Bagaimana pendapatmu dengan rumah yang tidak dimasuki malaikat ? Sungguh itu rumah yang buruk…(Syarh Ar Riyadh).
Syaikh Abdul Muhsin حفظه الله berkata:
"Malaikat
yang dimaksud ialah "Malikat Rahmah", adapun Malaikat yang di utus
mencatat amal, mereka selalu bersama manusia, hal yang terdapat dalam
hadits ini tidak menghalangi mereka untuk selalu menyertai manusia, dan
di dalam hadits ini mengandung peringatan supaya jangan terjatuh dalam
perkara-perkara (haram) ini…, dan anjing dikecualikan daripadanya
anjing-anjing yang diizinkan, yaitu anjing untuk berburu, penunggu
tanaman, atau anjing penunggu hewan ternak…, dan gambar yang di maksud
ialah gambar makhluq bernyawa, baik berbentuk patung/relief maupun
berbentuk gambar/lukisan…"(Syarh Abu Dawud).
Berkata Al Mubarak Furi pemilik kitab "Tuhfatul Ahwadzi":
"((Malaikat
tidak masuk)) yang dimaksud ialah Malaikat "RAHMAH", bukan Malikat
"HAFADZAH" (Yang senantiasa menyertai kita dan mencatat segala perilaku
kita) dan bukan malaikat "MAUT" (Yang bertugas mencabut nyawa).
((RUMAH)), yang di maksud ialah tempat tinggal.
((ANJING)),
kecuali anjing untuk berburu, penjaga ternak dan kebun, ada yang
berpendapat "Anjing-anjing itu menghalangi juga, meskipun memeliharanya
tidak terlarang".
((GAMBAR
TAMATSIL)), yang dimaksud ialah "gambar" seperti dalam "Al QOMUSH" dan
lainnya, artinya "gambar manusia dan binatang", berkata An Nawawi:
"Para
Ulama berkata: Penyebab tidak masuknya "Malaikat" ke dalam rumah yang
di dalamnya terdapat gambar ialah karena "GAMBAR" (makhluq bernyawa)
itu merupakan perbuatan ma'siat yang teramat keji, dan menandingi
ciptaan Allah Ta'ala, sebagian lagi disembah, dan sebab tidak masuknya
karena "ANJING" anjing itu banyak makan najis, sebagian anjing ada yang
dinamakan "SYETHAN" seperti dalam sebuah hadits (udah di bahas oleh
penukil dalam blog ini), sementara Malaikat itu lawannaya Syethan, dan
oleh karena bau "anjing" itu busuk, sementara Malaikat tidak menyenangi
bau busuk, juga karena memelihara "anjing" terlarang (udah dibahas
juga), maka pemeliharanya dihukum dengan tidak masuk Malaikat ke dalam
rumahnya, tidak shalat di dalamnya, tidak memintakan ampunan, tidak
memohonkan barokah, dan tidak pula melindungi (penghuni rumah) dari
gangguan Syetan, Malikat-Malaikat yang tidak mau masuk rumah yang di
dalamnya terdapat anjing dan gambar ialah Malaikat Rahmah, Yang
memohonkan Barakah dan pengampunan, adapun Malikat "Hafadzah", mereka
masuk ke setiap rumah dan tidak pernah berpisah dengan Bani Adam dalam
setiap keadaan, sebab mereka di perintah untuk meliput segenap amalan
(Bani Adam) dan menulisnya.
Berkata
Al Khothobi: "Malaikat hanya tidak mau masuk rumah yang di dalamnya
terdapat anjing dan gambar yang haram, adapun anjing yang tidak haram
seperti anjing untuk berburu, penjaga kebun dan ternak dan gambar yang
dihinakan seperti yang terdapat pada hamparan / tikar dan bantal serta
lainnya maka tidak lah menghalangi masuknya Malaikat, Al Qodhi juga
mengisyaratkan seperti yang dinyatakan oleh Al Khothobi, dan yang lebih
tepat (ini Pendapat An Nawawi) mencakup seluruh jenis anjing dan
gambar berdasarkan mutlaqnya berbagai hadits, dan oleh sebab "ANAK
ANJING" yang di rumah Nabi صلى الله عليه وسلم yang terdapat di bawah
ranjang itu "tidak nampak", beliau tidak mengetahui ada anak anjing (di
dalam rumahnya), namun ternyata Jibril tidak mau masuk rumah dengan
alasan "ANAK ANJING" itu, maka seandainya ada gambar dan anjing yang
tidak menghalangi masuknya "Malaikat" niscaya Jibril pun tidak
terhalang." (Tuhfah)
Patung di potong kepalanya supaya seperti pohon, gambar di kain di potong dijadikan dua bantal, dan anjing di usir dari rumah.
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
أتاني
جبريل فقال : إني كنت أتيتك البارحة فلم يمنعني أن أكون دخلت عليك البيت
الذي كنت فيه إلا أنه كان على الباب تماثيل و كان في البيت قرام ستر فيه
تماثيل و كان في البيت كلب فمر برأس التمثال الذي في البيت فليقطع فيصير
كهيئة الشجرة و مر بالستر فليقطع فيجعل وسادتين منبذتين توطئان و مر
بالكلب فليخرج
"Jibril
mendatangiku lalu berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu semalam
dan tidak ada yang menghalangiku memasuki rumahmu melainkan di atas
pintu ada beberapa patung, di dalam rumah ada kain tipis bergambar,
serta ada anjing, maka perintahkan patung itu di potong kepalanya
supaya menjadi seperti bentuk pohon dan perintahkan kain tipis penutup
(dinding) itu dipotong lalu di jadikan dua bantal yang di sandari dan
perintahkan dengan anjing supaya di keluarkan." (HR> Ahmad, Abu
Dawud, Tirmidzi, Baihaqi dll, dishahihkan Albani dalam shahihul jami')
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله dalam "Syarhul 'Umdah":
"Hadits-hadits
ini menunjukkan bahwa Malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya
terdapat gambar baik di kain penutup, pakaian, dan yang lain, yang
diberi keringanan ialah "gambar yang di injak (di hinakan) seperti
hadits aisyah."
FAEDAH:
Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata:
"Saya pernah mendengar beliau (Gurunya Syaikhul Islam) berkata perihal Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
" لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب ولا صورة "
"Malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar",
"Bila
Malaikat yang mereka adalah makhluq terhalangi oleh anjing dan gambar
dari memasuki rumah, maka akankah masuk ma'rifatullah (mengenal Allah)
Azza wa Jalla, Cinta kepadaNya, Manisnya Dzikir kepadaNya, serta senang
mendekat kepadaNya di dalam hati yang dipenuhi oleh anjing-anjing
Syahwat dan gambar-gambar syahwat…"(Tafsir Ibnul Qoyyim).
Kenapa Ikan Tidak Berlidah?
"Rasulullah
s.a.w bersabda. "Sejahat-jahat manusia pada Hari Qiamat nanti,ialah
org yang bermuka dua. Barangsiapa bermuka dua di dunia maka di Hari
Kiamat kelak, dia akan mempunyai dua lidah, dr lidah api neraka
jahannam."
Sabda
Rasulullah lagi,Tidak akan masuk syurga org yang suka
membesar-besarkan cerita. "Bila di Tanya apakah hikmah nya baginda
menjawab, Sesungguhnya Allah s.w.t telah menciptakan semua makhluk itu
mempunyai lidah, samaada yang boleh berkata-atau tidak boleh
berkata-kata."
Salah seorang sahabat pun bertanya, "Kenapa ikan tidak mempunyai lidah?"
Sabda
Rasulullah s.a.w, "Setelah Allah selesai menciptakan Adam a.s. maka di
perintahkan sekelian malaikat agar tunduk sujud kepada nya.Semua
malaikat patuh pada perintah itu kecuali iblis laknat.Oleh kerana iblis
enggan sujud maka Allah melaknatnya serta mengusirnya keluar dr syurga
dan dan di hapuskan rupanya yang elok itu, lalu di hantar iblis ke
bumi.Apabila di turunkan ke bumi, iblis terus turun ke laut. Pertama
sekali yang di jumpai oleh iblis ialah ikan."
Iblis
pun menceritakan keburukan kekurangan Adam a.s kepada ikan.katanya
"Sesungguhnya Adam itu amat suka memburu dan membunuh binatang-binatang
yang ada di laut dan juga di darat." Apabila ikan mendengar kata-kata
iblis itu,ia pun segera menghebahkannya kepada binatang laut yang lain
berita tentang Adam a.s. Oleh kerana Allah tidak menyenangi perbuatan
ikan inilah lalu di hilangkan lidah ikan agar tidak menyampaikan berita
yang tidak sebenarnya.
Pesan Penting Khutbah Perpisahan Rosulullah di Arafah Saat Menunaikan Ibadah Haji
"Wahai
manusia sekalian, dengarkanlah perkataanku ini, karena aku tidak
mengetahui apakah aku dapat menjumpaimu lagi setelah tahun ini di
tempat wukuf ini.
(1) larangan membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain tanpa alasan yang hak
Wahai manusia sekalian,
Sesungguhnya
darah kamu dan harta kekayaan kamu merupakan kemuliaan ( haram dirusak
oleh orang lain ) bagi kamu sekalian, sebagaimana mulianya hari ini di
bulan yang mulia ini, di negeri yang mulia ini.
(2) kewajiban meninggalkan tradisi jahiliyah : pembunuhan , riba
Ketahuilah
sesungguhnya segala tradisi jahiliyah mulai hari ini tidak boleh
dipakai lagi. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara kemanusiaan (
seperti pembunuhan, dendam, dan lain-lain ) yang telah terjadi di masa
jahiliyah, semuanya batal dan tidak boleh berlaku lagi. (Sebagai contoh
) hari ini aku nyatakan pembatalan pembunuhan balasan atas terbunuhnya
Ibnu Rabi'ah bin Haris yang terjadi pada masa jahiliyah dahulu.
Transaksi
riba yang dilakukan pada masa jahiliyah juga tidak sudah tidak berlaku
lagi sejak hari ini. Transaksi yang aku nyatakan tidak berlaku lagi
adalah transaksi riba Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya seluruh
transaksi riba itu semuanya batal dan tidak berlaku lagi.
(3) mewaspadai gangguan syaitan dan kewajiban menjaga agama
Wahai manusia sekalian,
Sesungguhnya
syetan itu telah putus asa untuk dapat disembah oleh manusia di negeri
ini, akan tetapi syetan itu masih terus berusaha (untuk menganggu kamu
) dengan cara yang lain . Syetan akan merasa puas jika kamu sekalian
melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu hendaklah kamu
menjaga agama kamu dengan baik.
(4) larangan mengharamkan yang dihalalkan dan sebaliknya
Wahai manusia sekalian,
Sesungguhnya
merubah-rubah bulan suci itu akan menambah kekafiran. Dengan cara
itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka
langgar dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan
dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian
kamu menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa
yang telah dihalalkanNya.
Sesungguhnya zaman akan terus berputar, seperti keadaan berputarnya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut : Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah bulan antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya'ban.
(5) kewajiban memuliakan wanita (isteri)
Takutlah
kepada Allah dalam bersikap kepada kaum wanita, karena kamu telah
mengambil mereka (menjadi isteri ) dengan amanah Allah dan kehormatan
mereka telah dihalalkan bagi kamu sekalian dengan nama Allah.
Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isteri kamu dan isteri kamu mempunyai kewajiban terhadap diri kamu. Kewajiban mereka terhadap kamu adalah mereka tidak boleh memberi izin masuk orang yang tidak kamu suka ke dalam rumah kamu. Jika mereka melakukan hal demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan kewajiban kamu terhadap mereka adalah memberi nafkah, dan pakaian yang baik kepada mereka.
Maka perhatikanlah perkataanku ini, wahai manusia sekalian..sesungguhnya aku telah menyampaikannya..
(6) Kewajiban berpegang teguh pada Al Qur'an dan as Sunnah
Aku
tinggalkan sesuatu bagi kamu sekalian. Jika kamu berpegang teguh
dengan apa yang aku tinggalkan itu, maka kamu tidak akan tersesat
selama-lamanya. Itulah Kitab Allah (Al-Quran ) dan sunnah nabiNya
(Al-Hadis ).
(7) kewajiban taat kepada pemimpin siapapun dia selama masih berpegang teguh pada al Qur'an
Wahai
manusia sekalian..dengarkanlah dan ta'atlah kamu kepada pemimpin kamu ,
walaupun kamu dipimpin oleh seorang hamba sahaya dari negeri Habsyah
yang berhidung pesek, selama dia tetap menjalankan ajaran kitabullah
(Al- Quran ) kepada kalian semua.
(8) Kewajiban berbuat baik kepada hamba sahaya
Lakukanlah
sikap yang baik terhadap hamba sahaya. Berikanlah makan kepada mereka
dengan apa yang kamu makan dan berikanlah pakaian kepada mereka dengan
pakaian yang kamu pakai. Jika mereka melakukan sesuatu kesalahan yang
tidak dapat kamu ma'afkan, maka juallah hamba sahaya tersebut dan
janganlah kamu menyiksa mereka.
(9) Umat Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain
Wahai manusia sekalian.
Dengarkanlah perkataanku ini dan perhatikanlah.
Ketahuilah
oleh kamu sekalian, bahwa setiap muslim itu adalah saudara bagi muslim
yang lain, dan semua kaum muslimin itu adalah bersaudara. Seseorang
tidak dibenarkan mengambil sesuatu milik saudaranya kecuali dengan
senang hati yang telah diberikannya dengan senang hati. Oleh sebab itu
janganlah kamu menganiaya diri kamu sendiri.
(10) kewajiban menyampaikan khutbah Rosulullah saw kepada yang lain
Ya Allah..sudahkah aku menyampaikan pesan ini kepada mereka..?
Kamu
sekalian akan menemui Allah, maka setelah kepergianku nanti janganlah
kamu menjadi sesat seperti sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang
lain.
Hendaklah
mereka yang hadir dan mendengar khutbah ini menyampaikan kepada mereka
yang tidak hadir. Mungkin nanti orang yang mendengar berita tentang
khutbah ini lebih memahami daripada mereka yang mendengar langsung pada
hari ini.
Kalau
kamu semua nanti akan ditanya tentang aku, maka apakah yang akan kamu
katakan ? Semua yang hadir menjawab : Kami bersaksi bahwa engkau telah
menyampaikan tentang kerasulanmu, engkau telah menunaikan amanah, dan
telah memberikan nasehat. Sambil menunjuk ke langit, Nabi Muhammad
kemudian bersabda : " Ya allah, saksikanlah pernyataan mereka ini..Ya
Allah saksikanlah pernyatan mereka ini..Ya allah saksikanlah pernyataan
mereka ini..Ya Allah saksikanlah pernyatan mereka ini " [Hadis Bukhari
dan Muslim].
Sumber : www.hizbut-tahrir.co.id
MENINGGALKAN BELAJAR SIHIR, LALU MENJADI SULUH PETUNJUK BAGI ORANG LAIN
Dari
Shuhaib Ar-Rumi radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Ada seorang raja pada zaman sebelum
kalian. Ia memiliki seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu telah
tua, ia berkata kepada sang raja, 'Sesungguhnya usiaku telah tua dan
ajalku telah dekat. Karena itu, utuslah kepadaku seorang anak muda agar
aku ajari sihir'.
Maka
diutuslah seorang pemuda yang kemudian ia ajari sihir. Dan jalan
antara raja dengan tukang sihir itu terdapat seorang rahib. Pemuda itu
mendatangi sang rahib dan mendengarkan pembicaraannya. Sang pemuda
begitu kagum kepada rahib dan pembicaraannya.
Begitu
ia sampai kepada tukang sihir karena terlambat serta merta ia
dipukulnya seraya ditanya, 'Apa yang menghalangimu?' Dan bila sampai di
rumahnya, keluarganya memukulnya seraya bertanya, 'Apa yang
menghalangimu (sehingga terlambat pulang)?' Lalu, ia pun mengadukan
halnya kepada sang rahib. Rahib berkata, 'Jika tukang sihir ingin
memukulmu katakanlah, aku terlambat karena keluargaku. Dan jika
keluargamu hendak memukulmu maka katakanlah, aku terlambat karena
(belajar dengan) tukang sihir'.
Suatu
kali, ia menyaksikan binatang besar dan menakutkan yang menghalangi
jalan manusia, sehingga mereka tidak bisa menyeberang. Maka sang pemuda
berkata, 'Saat ini aku akan mengetahui, apakah perintah ahli sihir
lebih dicintai Allah ataukah perintah rahib.
Setelah
itu ia mengambil batu seraya berkata, 'Ya Allah, jika perintah rahib
lebih engkau cintai dan ridhai daripada perintah tukang sihir maka
bunuhlah binatang ini, sehingga manusia bisa menyeberang'.
Lalu
ia melemparnya, dan binatang itu pun terbunuh kemudian ia pergi. Maka
ia beritahukan halnya kepada rahib. Lalu sang rahib berkata, 'Wahai
anakku, kini engkau telah menjadi lebih utama dari diriku. Kelak,
engkau akan diuji. Jika engkau diuji maka jangan tunjukkan diriku.
Selanjutnya, pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan segala
jenis penyakit. Allah menyembuhkan mereka melalui kedua tangannya.
Alkisah,
ada pejabat raja yang tiba-tiba buta. Ia mendengar tentang pemuda itu.
Maka ia membawa hadiah yang banyak kepadanya seraya berkata,
'Sembuhkanlah aku, dan engkau boleh memiliki semua ini! Pemuda itu
menjawab, 'Aku tidak bisa menyembuhkan seseorang. Yang bisa
menyembuhkan adalah Allah Azza wa Jalla. Jika Anda beriman kepada Allah
dan berdo'a kepadaNya, niscaya Ia akan menyembuhkanmu.
Ia
lalu beriman dan berdo'a kepada Allah dan sembuh. Kemudian ia datang
kepada raja dan duduk di sisinya seperti sedia kala. Sang raja
bertanya, 'Wahai fulan, siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?' Ia
menjawab, 'Tuhanku'. Raja berkata, 'Saya?' 'Tidak, tetapi Tuhanku dan
Tuhanmu adalah Allah', tegasnya.Raja bertanya, 'Apakah kamu memiliki
Tuhan selain diriku?' Ia menjawab, 'Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah
Allah'.
Demikianlah,
sehingga ia terus-menerus disiksa sampai ia menunjukkan kepada sang
pemuda. Pemuda itu pun didatangkan. Sang raja berkata, 'Wahai anakku,
sihirmu telah sampai pada tingkat kamu bisa menyembuhkan orang buta,
sopak dan berbagai penyakit lainnya'.
Sang
pemuda menangkis, 'Aku tidak mampu menyembuhkan seorang pun. Yang
menyembuhkan hanyalah Allah Azza wa Jalla. Raja berkata, 'Aku?'
'Tidak!', kata pemuda. 'Apakah kamu punya Tuhan selain diriku?' Ia
menjawab, 'Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah'. Lalu ia pun terus disiksa
sehingga ia menunjukkan kepada rahib. Maka rahib itu pun didatangkan.
Sang raja berkata, 'Kembalilah kepada agamamu semula!' Ia menolak.
Lalu
di tengah-tengah kepalanya diletakkan gergaji dan ia dibelah menjadi
dua. Kepada pejabat raja yang (dulunya) buta juga dikatakan,
'Kembalilah kepada agamamu semula!' Ia menolak. Lalu di tengah-tengah
kepalanya diletakkan gergaji dan ia dibelah menjadi dua. Kepada sang
pemuda juga dikatakan, 'Kembalilah kepada agamamu semula!' Ia menolak.
Lalu
bersama beberapa orang ia dikirim ke gu-nung ini dan itu. (Sebelumnya)
sang raja berpetuah, 'Ketika kalian telah sampai pada puncak gunung
maka bila ia kembali kepada agamanya (biarkanlah dia). Jika tidak, maka
lemparkanlah dia! Mereka pun berangkat. Ketika sampai di ketinggian
gunung, sang pemuda berdo'a, 'Ya Allah, jagalah diriku dari mereka,
sesuai dengan kehendakMu. Tiba-tiba gunung itu mengguncang mereka,
sehingga se-muanya tergelincir. Lalu sang pemuda datang mencari sampai
bisa bertemu raja kembali. Raja bertanya, 'Apa yang terjadi dengan
kawan-kawanmu?' Ia menjawab, 'Allah menjagaku dari mereka'.
Kembali
ia dikirim bersama beberapa orang dalam sebuah perahu kecil. Raja
berkata, 'Jika kalian berada di tengah lautan (maka biarkanlah ia) jika
kembali kepada agamanya semula. Jika tidak, lemparkanlah dia ke laut
yang luas dan dalam'. Sang pemuda berdo'a, 'Ya Allah, jagalah aku dari
mereka, sesuai dengan kehendak-Mu'.
Akhirnya
mereka semua tenggelam dan sang pemuda datang lagi kepada raja. Sang
raja bertanya, 'Apa yang terjadi dengan kawan-kawanmu?' Ia menjawab,
'Allah menjagaku dari mereka'. Lalu sang pemuda berkata, 'Wahai raja,
kamu tidak akan bisa membunuhku sehingga engkau melakukan apa yang
kuperintahkan. Jika engkau melakukan apa yang aku perintahkan maka
engkau akan bisa membunuhku. Jika tidak, engkau tak akan bisa
membunuhku'. Raja penasaran, 'Perintah apa?' Sang pemuda menjawab,
'Kumpulkanlah orang-orang di satu padang yang luas, lalu saliblah aku
di batang pohon. Setelah itu ambillah anak panah dari wadah panahku,
lalu ucapkan, 'Bismillahi rabbil ghulam (dengan nama Allah, Tuhan sang
pemuda). Maka (raja memanahnya) dan anak panah itu tepat mengenai
pelipisnya.
Pemuda
itu meletakkan tangannya di bagian yang kena panah lalu meninggal
dunia. Maka orang-orang berkata, 'Kami beriman kepada Tuhan sang
pemuda. Kami beriman kepada Tuhan sang pemuda. Lalu dikatakan kepada
raja, 'Tahukah Anda, sesuatu yang selama ini Anda takut-kan?
Kini
sesuatu itu telah tiba, semua orang telah beriman. Lalu ia
memerintahkan membuat parit-parit di beberapa persimpangan jalan,
kemudian dinyalakan api di dalamnya. Dan raja pun bertitah, 'Siapa yang
kembali kepada agama-nya semula, maka biarkanlah dia. Jika tidak, maka
lemparkanlah dia ke dalamnya'.
Maka
orang-orang pun menolaknya sehingga mereka bergantian dilemparkan ke
dalamnya. Hingga tibalah giliran seorang wanita bersama bayi yang
sedang disusuinya. Sepertinya, ibu itu enggan untuk terjun ke dalam
api. Tiba-tiba sang bayi berkata, 'Bersabarlah wahai ibuku,
sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran'
Keutamaan Shalat Dhuha
Oleh :
Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul
Mengenai keutamaan shalat Dhuha, telah diriwayatkan beberapa hadits yang diantaranya dapat saya sebutkan sebagai berikut
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda
"Bagi
masing-masing ruas[1] dari anggota tubuh salah seorang di antara
kalian harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih (Subhanallah) adalah
sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahtil
(Laa Ilaaha Illallaah) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik pun
juga sedekah, dan mencegah kemunkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa
disetarakan ganjarannya dengan dua rakaat shalat Dhuha". Diriwayatkan
oleh Muslim[2]
Hadits
Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Allah Yang Mahaperkasa lagi
Mahamulia, dimana Dia berfirman.
"Wahai
anak Adam, ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku
mencukupimu di akhir siang" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi[3]
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia bercerita, dia berkata :"Tidak
ada yang memelihara shalat Dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada
Allah (Awwaab)". Dan dia mengatakan, "Dan ia merupakan shalatnya
orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabin)". Diriwayatkan oleh
Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim. [4]
Hukum Shalat Dhuha
Hadits-hadits terdahulu dan juga yang semisalnya menjelaskan bahwa shalat Dhuha pada waktu Dhuha (pagi hari) merupakan suatu hal yang baik lagi disukai. [5]
Hadits-hadits terdahulu dan juga yang semisalnya menjelaskan bahwa shalat Dhuha pada waktu Dhuha (pagi hari) merupakan suatu hal yang baik lagi disukai. [5]
Selain
itu, di dalam hadits-hadits tersebut juga terkandung dalil yang
menunjukkan disyariatkannya kaum muslimin untuk senantiasa
mengerjakannya. [6]
Dan tidak ada riwayat yang menujukkan diwajibkannya shalat Dhuha
Waktu Shalat Dhuha
Waktu shalat Dhuha dimulai sejak terbit matahari sampai zawal (condong). Dan waktu terbaik untuk mengerjakan shalat Dhuha adalah pada saat matahari terik.
Waktu shalat Dhuha dimulai sejak terbit matahari sampai zawal (condong). Dan waktu terbaik untuk mengerjakan shalat Dhuha adalah pada saat matahari terik.
Dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut.
Adapun
permulaan waktunya, telah ditunjukkan oleh hadits Abud Darda dan Abu
Dzar Radhiyallahu 'anhuma terdahulu. Letak syahidnya di dalam hadits
tersebut adalah ; "Ruku-lah untuk-Ku dari awal siang sebanyak empat
rakaat".
Demikian
juga riwayat yang datang dari Anas Radhiyallahu 'anhu, dia bercerita,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda.
"Barangsiapa
mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah lalu duduk berdzikir
kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian mengerjakan shalat dua
raka'at [7], maka pahala shalat itu baginya seperti pahala haji dan
umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya" [8]
Dari Abu Umamah, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa
mengerjakan shalat Shubuh berjama'ah di masjid, lalu dia tetap berada
di dalamnya sehingga dia mengerjakan shalat Dhuha, maka pahalanya
seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau orang yang mengerjakan
umrah, sama persis (sempurna) seperti ibadah haji dan umrahnya".
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
Dan dalam sebuah riwayat disebutkan.
"Barangsiapa
mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah, kemudian dia duduk
berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit…" Diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani.[9]
Adapun keluarnya waktu shalat Dhuha pada waktu zawal, karena ia merupakan shalat Dhuha (pagi).
Sedangkan
waktu utamanya telah ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan dari Zaid
bin Arqam, bahwasanya dia pernah melihat suatu kaum yang mengerjakan
shalat Dhuha. Lalu dia berkata "Tidaklah mereka mengetahui bahwa shalat
selain pada saat ini adalah lebih baik, karena sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.
"Shalat
awaabiin (orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika
anak-anak unta sudah merasa kepanasan"[10]. Diriwayatkan oleh Muslim
[11]
Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Dan Sifatnya
Disyariatkan kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua, empat, enam, delapan atau dua belas rakaat.
Disyariatkan kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua, empat, enam, delapan atau dua belas rakaat.
Jika mau, dia boleh mengerjakannya dua rakaat dua rakaat.
Adapun shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Adapun shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Bagi
masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian
harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan ganjaran dua
rakaat shalat Dhuha" Diriwayatkan oleh Muslim.[12]
Sedangkan
shalat Dhuha yang dikerjakan empat rakaat, telah ditunjukkan oleh Abu
Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana
Dia berfirman :"Wahai anak Adam, ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal
siang, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang" Diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi. [13]
Sedangkan
shalat Dhuha yang dikerjakan enam rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas
bin Malik Radhiyallahu 'anhu : "Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah mengerjakan shalat Dhuha enam rakaat" Diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa-il. [14]
Dan
shalat Dhuha yang dikerjakan delapan rakaat ditunjukkan oleh hadits
Ummu Hani, di mana dia bercerita :"Pada masa pembebasan kota Makkah, dia
mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau
berada di atas tempat tinggi di Makkah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam beranjak menuju tempat mandinya, lalu Fathimah memasang tabir
untuk beliau. Selanjutnya, Fatimah mengambilkan kain beliau dan
menyelimutkannya kepada beliau. Setelah itu, beliau mengerjakan shalat
Dhuha delapan rekaat" [15] Diriwayatkan Asy-Syaikhani. [16]
Sedangkan
shalat Dhuha yang dikerjakan dua belas rakaat ditunjukkan oleh hadits
Abud Darda Radhiyallahu 'anhu, di mana dia bercerita, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa
mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan
termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka
dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa
mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu.
Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya
termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan
shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah
rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam,
melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada
hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia
kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu
ingat kepada-Nya" Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.[17]
Dapat
saya katakan bahwa berdasarkan hadits-hadits ini, diarahkan kemutlakan
yang diberikan Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha saat ditanya oleh
Mu'adzah :"Berapa rakaat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
mengerjakan shalat Dhua?" Dia menjawab : "Empat rakaat dan bisa juga
lebih, sesuai kehendak Allah" [18]
Dan
shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat dua rakaat, telah ditunjukkan
oleh keumuman sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Shalat
malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat" [19]
Dan
seorang muslim boleh mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat secara
bersambungan, sebagaimana layaknya shalat wajib empat rakaat. Hal itu
ditunjukkan oleh kemutlakan lafazh hadits-hadits mengenai hal tersebut
yang telah disampaikan sebelumnya, seperti sabda Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam :"Ruku'lah untuk-Ku dari permulaan siang empat
rakaat". Dan juga seperti sabda beliau :"Barangsiapa mengerjakan shalat
(Dhuha) empat rakaat maka dia ditetapkan termasuk golongan ahli
ibadah" Wallahu a'lam
[Disalin
dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi
Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit
Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
___________
Foote Note
[1]. Kata sulaamaa adalah bentuk mufrad (tunggal) dan jamaknya adalah as-sulaamiyaatu yang berarti ruas jari-jemari. Kemudian kata itu dipergunakan untuk seluruh tulang dan ruas badan. Lihat kitab, Syarh Muslim, An-Nawawi V/233
[2]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatut Musaafirin wa Qashruha, bab Istihbaabu Shalaatidh Dhuha wa Anna Aqallaha Rak'aatani wa Akmalaha Tsamaanu Raka'aatin wa Ausathuha Arba'u Raka'aatin au Sittin wal Hatstsu 'alal Muhaafazhati 'alaiha, (hadits no. 720). Lihat juga kitab, Jami'ul Ushuul (IX/436)
[3]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/440 dan 451). Dan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalaah, bab Maa Jaa-a fii Shalaatidh Dhuha, (hadits no. 475)
Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan : 'Hasan gharib" Dan dinilai shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi. Juga dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Shahih Sunan At-Tirmidzi, (I/147). Serta dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab, Jaami'ul Ushuul (IX/4370.
[4]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (II/228), Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrak (I/314), dan lafazh di atas milik keduanya. Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath (II/279-Majma'ul Bahrain) tanpa ucapan :"Dan ia adalah shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabiin)".
Dan hadits di atas dinilai shahih oleh Al-Hakim dengan syarat Muslim. Dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (hadits no. 1994).
[5]. Majmuu'al Al-Fataawaa (XXII/284)
[6]. Dan inilah yang tampak, yang ditunjukkan oleh hadits-hadits terdahulu. (Nailul Authaar III/77).
Foote Note
[1]. Kata sulaamaa adalah bentuk mufrad (tunggal) dan jamaknya adalah as-sulaamiyaatu yang berarti ruas jari-jemari. Kemudian kata itu dipergunakan untuk seluruh tulang dan ruas badan. Lihat kitab, Syarh Muslim, An-Nawawi V/233
[2]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatut Musaafirin wa Qashruha, bab Istihbaabu Shalaatidh Dhuha wa Anna Aqallaha Rak'aatani wa Akmalaha Tsamaanu Raka'aatin wa Ausathuha Arba'u Raka'aatin au Sittin wal Hatstsu 'alal Muhaafazhati 'alaiha, (hadits no. 720). Lihat juga kitab, Jami'ul Ushuul (IX/436)
[3]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/440 dan 451). Dan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalaah, bab Maa Jaa-a fii Shalaatidh Dhuha, (hadits no. 475)
Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan : 'Hasan gharib" Dan dinilai shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi. Juga dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Shahih Sunan At-Tirmidzi, (I/147). Serta dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab, Jaami'ul Ushuul (IX/4370.
[4]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (II/228), Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrak (I/314), dan lafazh di atas milik keduanya. Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath (II/279-Majma'ul Bahrain) tanpa ucapan :"Dan ia adalah shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabiin)".
Dan hadits di atas dinilai shahih oleh Al-Hakim dengan syarat Muslim. Dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (hadits no. 1994).
[5]. Majmuu'al Al-Fataawaa (XXII/284)
[6]. Dan inilah yang tampak, yang ditunjukkan oleh hadits-hadits terdahulu. (Nailul Authaar III/77).
Sedangkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah setelah menetapkan
kesepakatan para ulama tas sunnahnya bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus, kemudian
menetapkan hukum sunnatnya, dimana dia mengatakan : "Muncul pertanyaan :
'Apakah yang lebih baik, mengerjakan secara terus menerus ataukah
tidak secara terus menerus seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam? Inilah di antara yang mereka pedebatkan". Dan yang
lebih tepat adalah dengan mengatakan ;"Barangsiapa mengerjakan qiyaamul
lail secara terus menerus, maka tidak perlu lagi baginya untuk
mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Sebagaimana yang
dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan barangsiapa yang
tertidur sehingga tidak melakukan qiyamul lail, maka shalat Dhuha bisa
menjadi pengganti bagi qiyamul lail" Majmu Al-Fataawaa (XXII/284).
Dapat saya katakan, (tetapi) lahiriyah nash menunjukkan disunnatkannya secara mutlak untuk mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meninggalkan suatu amalan padahal beliau sangat suka untuk mengerjakannya karena beliau takut hal tersebut akan dikerjakan secara terus menerus oleh umat manusia sehingga akan diwajibkan kepada mereka. Dan inilah illat (alasan) tidak dikerjakannya shalat Dhuha secara terus menerus oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan demikian, nash-nash itu secara mutlak seperti apa adanya. Hal yang serupa seperti itu telah diisyaratkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha, lihat kitab Jaami'ul Ushuul (VI/108-109).
[7]. Ath-Thibi mengatakan : "Shalat ini disebut shalat Isyraq, yaitu permulaan shalat Dhuha. Dia nukil di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/405)
Dapat saya katakan, telah saya sampaikan kepada anda mengenai hal itu yang lebih luas dari sekedar isyarat ini. Lihat pembahasan tentang shalat Isyraq sebelumnya.
[8] Hadits hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalah, bab Dzikru Maa Yustahabbu minal Julus fil Masjid Ba'da Shalaatish Shubhi Hatta Taathlu'a Asy-Syams
Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan :"Hasan gharib". Dengan beberapa syahidnya, hadits ini dinilai hasan oleh Al-Mubarakfuri di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/406). Dan disepakati oleh Syaikh Akhmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi (II/481). Juga dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzi (I/182). Dan dengan beberapa syahidnya, dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab Jaami'ul Ushuul (IX/401).
Dapat saya katakan, di antara syahidnya adalah hadist berikutnya.
[9]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu'jamul Kabiir (VIII/174), 181 dan 209)
Sanad hadits di atas dinilai jayyid oleh Al-Mundziri dan Al-Haitsami. Dan dinilai hasa oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wa Tarhiib (I/189). Dan lihat juga kitab, Majmu'uz Zawaa'id (X/104)
[10]. Di dalam kitab, Syarh An-Nawawi (VI/30). Imam Nawawi mengatakan : Ar-Ramdhaa' berarti kerikil yang menjadi panas oleh sinar matahari. Yaitu, ketika anak-anak unta sudah merasa panas. Al-Fushail berarti anak unta yang masih kecil". Lihat juga, Nailul Authaar (II/81)
[11]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qasruha, bab Shalatut Awaabiin Hiina Tarmudhil Fihsaal, hadits no. 748.
[12]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[13]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[14]. Hadits shahih lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa'il, bab Shalatudh Dhuha, (hadits no. 273) hadits ini dinilai shahih lighairihi di dalam kitab, Mukhtashar Asy-Syamaailil Muhammadiyyah, (hal. 156). Beberapa sahid dan jalannya telah disebutkan di dalam kitab Irwaaul Ghaliil (II/216).
[15]. Di dalam hadits tersebut terdapat bantahan bagi orang yang mengaku bahwa shalat ini adalah shalat al-fath (pembebasan), bukan shalat Dhuha. Lihat kitab, Zaadul Ma'ad (III/4100 dan juga Aunul Ma'buud (I/497)
[16]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam beberapa tempat di antaranya : Kitaabut Tahajjud, bab Shalaatudh Dhuhaa fis Safar (hadits no. 1176). Dan juga Muslim di dalam Kitaabul Haidh, bab Tasturuk Mughtasil bi Tsaubin au Nahwahu (hadits no. 336). Dan lafazh di atas adalah miliknya. Dan lihat juga kitab Jaami'ul Ushuul (VI/110).
[17]. Hadits ini disebutkan oleh Al-Haitsami di dalam kitab Majma'uz Zawaa'id (II/237) dan dia mengatakan : Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Kabiir. Di dalamnya terdapat Musa bin Ya'qub Az-Zam'i. Dinilai tsiqah oleh Ibnu Mu'in dan Ibnu Hibban serta dinilai dha'if oleh Ibnul Madini dan lain-lainnya. Dan sisa rijalnya adalah tsiqah.
Dapat saya katakan, Musa bin Ya'qub seorang yang shaduq, yang mempunyai hafalan buruk, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab, At-Taqriib (hal. 554). Dan diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam kitab Kasyful Astaar (II/334), yang diperkuat oleh syahid dari Abu Dzar. Dan disebutkan oleh Al-Mundziri di dalam kitab At-Targhiib. Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyalahu 'anhuma dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wat Tarhiib (I/279).
[18]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalatul Musafirin wa Qasruha, bab Istihbaabu Shaalatid Dhuha wa Anna Aqallaha Rak'ataani wa Akmalaha Tsamaanu Rak'atin wa Ausathuha Arba'u Rak'atin au Sittin wa Hatstsu 'alal Muhaafazhati Alaiha, (hadits no. 719).
[19]. Hadits shahih. Takhrijnya sudah diberikan sebelumnya
Peringatan.
Ada sebuah riwayat untuk hadits Ummu Hani terdahulu dengan lafazh : "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam pernah mengerjakan shalat Dhuha delapan rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap dua rakaat'. Dan hadits Ummu Hani asalnya terdapat di dalam kitab Ash-Shahihain, tetapi tidak dengan lafazh ini.
Dan diriwayatkan oleh Abud Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Shalatudh Dhuha (hadits no. 1234, II/234).
Dan dalam sanad yang ada pada keduanya terdapat Iyadh bin Abdillah. Yang meriwayatkan darinya adalah Abdullah bin Wahb. Mengenai pribadi Iyadh ini. Abu Hatim mengatakan :"Dia bukan seorang yang kuat". Dan Ibnu Hibban menyebutnya di dalam deretan tsiqat. As-Saaji mengatakan : "Darinya, Wahb bin Abdillah meriwayatkan beberapa hadits yang di dalamnya masih mengandung pertimbangan". Yahya bin Ma'in mengatakan :"Dia seorang yang haditsnya dha'if". Abu Shalih mengatakan ;"Ditegaskan, dia memiliki kesibukan yang luar biasa di Madinah, di dalam haditsnya terdapat sesuatu" Al-Bukhari mengatakan : "Haditsnya munkar" Tahdziibut Tahdziib (VIII/201).
Dapat saya katakan, (tetapi) lahiriyah nash menunjukkan disunnatkannya secara mutlak untuk mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meninggalkan suatu amalan padahal beliau sangat suka untuk mengerjakannya karena beliau takut hal tersebut akan dikerjakan secara terus menerus oleh umat manusia sehingga akan diwajibkan kepada mereka. Dan inilah illat (alasan) tidak dikerjakannya shalat Dhuha secara terus menerus oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan demikian, nash-nash itu secara mutlak seperti apa adanya. Hal yang serupa seperti itu telah diisyaratkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha, lihat kitab Jaami'ul Ushuul (VI/108-109).
[7]. Ath-Thibi mengatakan : "Shalat ini disebut shalat Isyraq, yaitu permulaan shalat Dhuha. Dia nukil di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/405)
Dapat saya katakan, telah saya sampaikan kepada anda mengenai hal itu yang lebih luas dari sekedar isyarat ini. Lihat pembahasan tentang shalat Isyraq sebelumnya.
[8] Hadits hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalah, bab Dzikru Maa Yustahabbu minal Julus fil Masjid Ba'da Shalaatish Shubhi Hatta Taathlu'a Asy-Syams
Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan :"Hasan gharib". Dengan beberapa syahidnya, hadits ini dinilai hasan oleh Al-Mubarakfuri di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/406). Dan disepakati oleh Syaikh Akhmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi (II/481). Juga dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzi (I/182). Dan dengan beberapa syahidnya, dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab Jaami'ul Ushuul (IX/401).
Dapat saya katakan, di antara syahidnya adalah hadist berikutnya.
[9]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu'jamul Kabiir (VIII/174), 181 dan 209)
Sanad hadits di atas dinilai jayyid oleh Al-Mundziri dan Al-Haitsami. Dan dinilai hasa oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wa Tarhiib (I/189). Dan lihat juga kitab, Majmu'uz Zawaa'id (X/104)
[10]. Di dalam kitab, Syarh An-Nawawi (VI/30). Imam Nawawi mengatakan : Ar-Ramdhaa' berarti kerikil yang menjadi panas oleh sinar matahari. Yaitu, ketika anak-anak unta sudah merasa panas. Al-Fushail berarti anak unta yang masih kecil". Lihat juga, Nailul Authaar (II/81)
[11]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qasruha, bab Shalatut Awaabiin Hiina Tarmudhil Fihsaal, hadits no. 748.
[12]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[13]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[14]. Hadits shahih lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa'il, bab Shalatudh Dhuha, (hadits no. 273) hadits ini dinilai shahih lighairihi di dalam kitab, Mukhtashar Asy-Syamaailil Muhammadiyyah, (hal. 156). Beberapa sahid dan jalannya telah disebutkan di dalam kitab Irwaaul Ghaliil (II/216).
[15]. Di dalam hadits tersebut terdapat bantahan bagi orang yang mengaku bahwa shalat ini adalah shalat al-fath (pembebasan), bukan shalat Dhuha. Lihat kitab, Zaadul Ma'ad (III/4100 dan juga Aunul Ma'buud (I/497)
[16]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam beberapa tempat di antaranya : Kitaabut Tahajjud, bab Shalaatudh Dhuhaa fis Safar (hadits no. 1176). Dan juga Muslim di dalam Kitaabul Haidh, bab Tasturuk Mughtasil bi Tsaubin au Nahwahu (hadits no. 336). Dan lafazh di atas adalah miliknya. Dan lihat juga kitab Jaami'ul Ushuul (VI/110).
[17]. Hadits ini disebutkan oleh Al-Haitsami di dalam kitab Majma'uz Zawaa'id (II/237) dan dia mengatakan : Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Kabiir. Di dalamnya terdapat Musa bin Ya'qub Az-Zam'i. Dinilai tsiqah oleh Ibnu Mu'in dan Ibnu Hibban serta dinilai dha'if oleh Ibnul Madini dan lain-lainnya. Dan sisa rijalnya adalah tsiqah.
Dapat saya katakan, Musa bin Ya'qub seorang yang shaduq, yang mempunyai hafalan buruk, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab, At-Taqriib (hal. 554). Dan diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam kitab Kasyful Astaar (II/334), yang diperkuat oleh syahid dari Abu Dzar. Dan disebutkan oleh Al-Mundziri di dalam kitab At-Targhiib. Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyalahu 'anhuma dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wat Tarhiib (I/279).
[18]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalatul Musafirin wa Qasruha, bab Istihbaabu Shaalatid Dhuha wa Anna Aqallaha Rak'ataani wa Akmalaha Tsamaanu Rak'atin wa Ausathuha Arba'u Rak'atin au Sittin wa Hatstsu 'alal Muhaafazhati Alaiha, (hadits no. 719).
[19]. Hadits shahih. Takhrijnya sudah diberikan sebelumnya
Peringatan.
Ada sebuah riwayat untuk hadits Ummu Hani terdahulu dengan lafazh : "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam pernah mengerjakan shalat Dhuha delapan rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap dua rakaat'. Dan hadits Ummu Hani asalnya terdapat di dalam kitab Ash-Shahihain, tetapi tidak dengan lafazh ini.
Dan diriwayatkan oleh Abud Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Shalatudh Dhuha (hadits no. 1234, II/234).
Dan dalam sanad yang ada pada keduanya terdapat Iyadh bin Abdillah. Yang meriwayatkan darinya adalah Abdullah bin Wahb. Mengenai pribadi Iyadh ini. Abu Hatim mengatakan :"Dia bukan seorang yang kuat". Dan Ibnu Hibban menyebutnya di dalam deretan tsiqat. As-Saaji mengatakan : "Darinya, Wahb bin Abdillah meriwayatkan beberapa hadits yang di dalamnya masih mengandung pertimbangan". Yahya bin Ma'in mengatakan :"Dia seorang yang haditsnya dha'if". Abu Shalih mengatakan ;"Ditegaskan, dia memiliki kesibukan yang luar biasa di Madinah, di dalam haditsnya terdapat sesuatu" Al-Bukhari mengatakan : "Haditsnya munkar" Tahdziibut Tahdziib (VIII/201).
Dapat
saya katakan, haditsnya di sini diriwayatkan oleh Ibnu Wahb, darinya.
Yang tampak secara lahiriyah dari keadaan orang ini, bahwa dia tidak
dimungkinkan untuk meriwayatkan seorang diri, sedangkan lafazh ini dia
riwayatkan sendiri. Wallahu a'lam
Dengan lafazh ini, hadits ini dinilai dha'if (lemah) oleh Al-Albani di dalam komentarnya terhadap kitab Shahih Ibni Khuzaimah (II/234). Dalam penjelasannya, dia menguraikan secara rinci illatnya di dalam kitab. Tamamul Minnah (hal. 258-259)
Dengan lafazh ini, hadits ini dinilai dha'if (lemah) oleh Al-Albani di dalam komentarnya terhadap kitab Shahih Ibni Khuzaimah (II/234). Dalam penjelasannya, dia menguraikan secara rinci illatnya di dalam kitab. Tamamul Minnah (hal. 258-259)
sumber :http://www.almanhaj.or.id/content/2357/slash/0
12 golongan yang termasuk didoakan oleh para Malaikat
Insya Allah berikut inilah orang-orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
(Imam
Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib
I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'"
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'"
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan"
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan"
(Imam
Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf"
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf"
(Para
Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim
meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu".
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu".
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'"
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada
mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'"
7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada
mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia
dapatkan'"
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia
dapatkan'"
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang-orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'"
9. Orang-orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'"
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur" Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa
"sunnah"
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur" Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa
"sunnah"
(Imam
Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin
Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At
Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah
SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali
Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat
kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam
kapan saja hingga shubuh"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada
orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Sumber Tulisan Oleh :
Syaikh Dr. Fadhl Ilahi, Orang-Orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada
orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Sumber Tulisan Oleh :
Syaikh Dr. Fadhl Ilahi, Orang-Orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
Salawat Nabi Salallahu alayhi wasalam
Assalamualaikum, Allahumma solli a'la sayidina Muhammad. Waa'la aali
sayidina Muhammad salallahu alayhi wasalam.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
'Barangsiapa yang kesukaran pada menunaikan
hajat/cita-citanya maka hendaklah dia memperbanyakkan
membaca selawat untukku kerana sesungguhnya selawat
itu dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan, dan
kesukaran serta meluaskan rezeki dan menyebabkan
terlaksananya semua hajat.'
Tolong sebarkan kepada kawan-kawan!
Wassalamulaikum.
sayidina Muhammad salallahu alayhi wasalam.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
'Barangsiapa yang kesukaran pada menunaikan
hajat/cita-citanya maka hendaklah dia memperbanyakkan
membaca selawat untukku kerana sesungguhnya selawat
itu dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan, dan
kesukaran serta meluaskan rezeki dan menyebabkan
terlaksananya semua hajat.'
Tolong sebarkan kepada kawan-kawan!
Wassalamulaikum.
12 golongan yang termasuk didoakan oleh para Malaikat
Sumber Tulisan Oleh :
Syaikh Dr. Fadhl Ilahi, Orang-Orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
[posting dari Sdr Firmando Satryo]
Insya Allah berikut inilah orang-orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu is fulan karena tidur dalam keadaan suci".
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama IA berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah IA. Ya Allah sayangilah IA"
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah Dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan"
(Imam Abu Dawud (Dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib Ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf). Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah Dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf"
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban Dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah Ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka IA akan diampuni dosanya yang masa lalu".
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama IA Ada di dalam tempat shalat dimana IA melakukan shalat, selama IA belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah Dan sayangilah IA"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh Dan 'ashar secara berjama'ah. Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam Hari (yang sudah bertugas malam Hari hingga shubuh) naik (ke langit), Dan malaikat pada siang Hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar Dan malaikat yang ditugaskan pada siang Hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam Hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada Mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat Dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada Hari kiamat'"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah DOA yang akan dikabulkan. Pada kepalanya Ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin Dan engkaupun mendapatkan apa yang IA Dapatkan"
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' Ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang-orang yang berinfak. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu Hari pun dimana pagi harinya seorang hamba Ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'"
(Imam Bukhari Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., Shahih Bukhari no. 1442 Dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah Dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur" Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa "sunnah"
(Imam Ibnu Hibban Dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar Ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah
SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali
Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat
kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore Dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib Ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
PS: FORWARD KE SAUDARA KITA YANG LAIN , KARENA INI UNTUK KEBAIKAN KITA,
SEMOGA KITA MENJADI SALAH SATU ORANG YANG DIDOAKAN MALAIKAT, AMIEN
| |||
|
KISAH BUMI DAN LANGIT
Adapun terjadinya peristiwa Israk dan Mikraj adalah
kerana bumi merasa bangga dengan langit. Berkata dia kepada langit,
"Hai langit, aku lebih baik dari kamu kerana Allah S.W.T. telah
menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut,
sungai-sungai, tanam-anaman, beberapa gunung dan lain-lain."
Berkata langit, "Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu kerana matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, 'arasy, kursi dan syurga ada padaku."
Berkata bumi, "Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik)."
Bumi berkata lagi, "Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari'atnya juga di tempatku."
Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah S.W.T dengan berkata, "Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau dinaikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga."
Lalu Allah S.W.T mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah S.W.T memberi wahyu kepada Jibrail A.S pada malam tanggal 27 Rejab, "Janganlah engkau (Jibrail) bertasbih pada malam ini dan engkau 'Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini."
Jibrail A.S. bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?"
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, "Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu."
Kemudian Jibrail A.S. pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di taman Syurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail A.S. terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibrail A.S. menghampiri buraq itu lalu bertanya, "Mengapa engkau menangis, ya buraq?"
Berkata buraq, "Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mahu makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan."
Berkata Jibrail A.S., "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu."
Kemudian Jibrail A.S. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Wallahu'alam.
Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah S.A.W dalam perjalanan Israk dan Mikraj.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar