kumpulan puisi puisi

Kepada Seorang Ayah yang berbahagia,
wpe1.jpg (5799 bytes)

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu 
DeKalb, June 10, 1999




Kepada Jaranireng:  Aku dan Tulisanku

Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....



Kepergianmu


wpeAC.jpg (7186 bytes)


Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku

Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas





Maaf saya tidak dapat menemukan judul yang tepat
untuk untaian kalimat yang hendak saya tulis
   hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar seperti kemarin ....
getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin

Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel

Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
the object of my affection telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi yang semakin kabur



Bawalah hatimu kemana saja engkau mau
sesungguhnya cinta pertama itulah cinta sejati
Berapa banyak tempat sudah disinggahi
namun kerinduan tetap pada kampung halaman
Api kerinduan meronta ingin selalu dekat denganmu
celaan itu hanyalah sebuah kesalahan
tidaklah aku berpaling darimu karena celaan
dan tidaklah aku berpaling darimu kecuali sementara waktu saja
Kutinggalkan yang lain sejak kukenal kekasih sejati
seolah-olah bekal perjalanan yang tiada habisnya
Seumur hidup kegembiraan ini tak dapat menutupi penyesalanku
karena telah meninggalkan kekasih
Seribu satu bayangan menawan hati setiap malam
jatuh cinta kepada yang ini kemudian kepada yang itu
namun keesokan hari begitu cepat melupakannya
Dahulu hatiku hampa sebelum terisi cinta kepadamu
sibuk mengingat yang lain, terlena dalam permainan
Ketika cintamu memanggil hatiku ia membalasnya
Kulihat ia tidak lagi berpindah ke lain hati
Teruskanlah hubungan ini jika engkau mau
putuskanlah jika itu memang plihanmu
hatiku tidaklah baik kecuali bersamamu
sungguh aku kehilanganmu bila aku berbohong
sungguh tiada lain didunia ini yang lebih membuatku gembira
sekiranya seluruh keindahan ada di kota ini
namun akan terasa hampa jika engkau lenyap dari pandanganku
jika engkau hilang dari pandanganku maka pikiran selalu melayang mengingatmu
jika impian tidak mengunjungiku
maka hati ini akan mengunjungimu
jiwaku adalah lisan yang menggambarkan tentang cintamu
jiwaku adalah hati dan engkaulah yang menyebarkan isi hati
jiwa ini mati karena penyakitnya
namun ia menyembunyikan penyakitnya itu dari orang-orang yang menjenguknya
betapa pilu arwah ini mengadukan cintanya
yang ia berikan kepada selain kekasih hati
Wahai orang-orang yang pergi dalam keadaan lalai
sampai kapankah engkau menganggap baik perbuatan keji
sampai kapan dan kapan engkau tidak takut datangnya hari itu
yaitu hari ketika Allah membuat bicara seluruh anggota badan
sungguh aneh, padahal engkau orang yang dapat melihat
bagaimana mungkin engkau tersesat dari jalan yang terang
Kami berlepas diri kepada Allah
dari orang-orang yang terkena virus musik dan nyanyian
berapa kali aku katakan wahai manusia
kalian berada di tepi jurang kehancuran
namun mereka justru mencela kami
mereka terus larut dalam kesesatan mereka itu
sementara kami kembali kepada Allah meniti jalan yang lurus
kami menjalani hidup di bawah naungan sunnah rasulullah
sementara mereka mati dalam keadaan bersenandung ria
(Dari terjemahan Kitab Kasyful Ghita’ ‘An Hukmi Samaa’il Ghina’)
Berikut ini merupakan Kumpulan Lengkap Puisi Chairil Anwar yang sampai saat ini masih sangat disukai oleh pecinta puisi Indonesia.
DERAI DERAI CEMARA
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949
Cinta yang Dulu

Duhai kasih pujaan kekanda
Dengar ku mengeluhkan rindu
Merayu setiapnya waktu, sayang
Padamu duhai kekasihku

Tapi sungguh malangnya nasibku
Hajatku kini telah terganggu
Kini -kaku- rasanya hidupku, sayang
Tinggallah ku menanggung rindu

Tapi ku kan tetap bersama
Namun hatiku takkan bertukar
Walau laut jiwaku terkorban, sayang
Pada Tuhan -saja- kuserahkan

Namun ku takkan putus asa
Duhai kasih pujaan kekanda
Di dunia kita tak berjumpa, sayang
Ku menanti di ambang syurga



puisi karya karya lina febriliani

♥ imajinasi dan impianku ♥
Semilir angin malam perlahan menghampiriku... 
memejamkan mataku menghanyutkan keluhku...
Mengingatkanku akan sosok kekasihku...
Yang jauh disana berbalut rindu... 
Senyumnya menyapaku dalam hayalku...
Jemarinya meraihku untuk terbang di awan yang biru...
Dan menjatuhkanku dalam lautan rindu...
Sungguh ku kesakitan dalam penantianku....
Menyadarkanku dalam alam nyataku...
Bahwa kau telah ada disisiku...
Menemani langkahku dan setiap doaku...
Tak apa jarak terbentang jauh memisahkanku...
Tak kusesalkan ruang waktu yang membatasiku...
Tapi tak kan pernah ku biarkan perbedaan yang kelak memisahkan kasihku denganmu...

(by Lina)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar